Kamis, 25 September 2008

Belanja Monza, yuk…


Sebelum beralih nama menjadi “monza”, pakaian impor bekas ini disebut dengan istilah “burjer”. Monza adalah singkatan dari “Mongonsidi Plaza”. Sedang burjer adalah “Buruk-buruk Jerman”. Bah!

Jika Anda punya waktu luang, pergilah ke Jalan Mongonsidi, Pasar Simpang Melati, Simalingkar, atau Helvetia Medan. Lalu, nikmatilah belanja monza di sana. Anda bisa bebas memilih; mulai dari pakaian, sepatu, tas dan macam-macam pernak-pernik busana lainnya.

Selain murah, konon kualitas monza tak perlu ditanya lagi. Tak heran jika pakaian sisa impor yang konon banyak didatangkan dari Jepang, Thailand dan Korea ini cukup digemari semua kalangan.

Ria, 31 tahun, misalnya. “Paling tidak 3 minggu sekali saya belanja monza,” ujar ibu yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi Medan itu, sore saat berbelanja di Pasar Simpang Melati.

Serutin itukah? “Iya. Soalnya monza lebih murah. Kualitasnya pun bagus,” ujarnya sambil menenteng dua kantong besar monza belanjaannya.

Imel, 20 tahun: “Saya memang sering kemari. Monza lebih kuat. Modelnya juga bagus. Lebih murah lagi,” ujar mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi USU itu.

Doni, seorang karyawan di perusahaan swasta yang bergerak di bidang agrobisnis, juga mengakui kualitas monza. “Saya kalau beli sepatu olah raga selalu ke sini. Kualitasnya bagus. Saya pernah beli sepatu dari sini, sudah 2,5 tahun saya pakai tapi masih tetap bagus,” akunya.

Dekade 1980-an adalah masa keemasan monza. Saat itu masih sering didapat merk-merk busana berkelas, seperti “Arrow”, “Crochodille”, “Bosnia” dan “Louis Vitton.”

Konon, merk-merk ini sering dijual dengan harga murah. “Belakangan kami tahu dari pengusaha butik Medan kalau merk-merk itu harganya mahal. Seterusnya, kami sudah tahu kepada siapa barang itu harus kami jual. Paling tidak kepada orang yang berada atau pengusaha butik sendiri,” ujar SD Boru Tarigan, salah satu pedagang monza di Jalan Mongonsidi, yang sudah berjualan sejak 1984.

Harga tas bermerk“Louis Vitton” sendiri biasa dijual seharga 8 juta rupiah. “Orang yang tahu mode, pasti paham. Soalnya, itu tas buatan Italia yang lagi tenar saat itu,” ujar Boru Tarigan.

Tapi belakangan, merk-merk itu nyaris tak ada lagi. Apalagi ketika pemerintah mengeluarkan undang-undang pelarangan peredaran monza pada 2000. Konon, sejak itu monza tidak hanya didatangkan dari Jepang atau Korea, tapi juga dari Thailand.

“Sejak itu, banyak pedagang yang kecewa karena kualitasnya pun merosot,” ujar Boru Bukit yang sudah berjualan monza sejak 1985 di Jalan Mongonsidi, tapi sejak 2001 beralih menjual tas baru.

Sejak itu jugalah banyak pedangang monza Mongonsidi banyak yang tutup, meski sebagian masih bertahan seperti Boru Tarigan.

Namun, berakhirnya masa keemasan “Mongonsidi Plaza” ternyata bukan tanda berakhirnya monza. Dan nyatanya, monza masih tetap menjadi pilihan konsumen ketika kehidupan ekonomi masyarakat belum juga pulih.

“Monza sangat membantu dari segi ekonomi. Selain mengurangi jumlah pengangguran, masyarakat ekonomi lemah juga terbantu,” komentar Bary Sinaga, seorang pedangang di Pasar Simpang Melati.*



This entry was posted on 30 January 2008 at 10:29 am and is filed under LIFESTYLE. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

5 Responses to “Belanja Monza, yuk…”
Marudut R. Napitupulu Says:

13 February 2008 at 1:45 am
Jei, abang menginterview para pembeli itu sambil beli ‘burjer’ ga?
Kalau di Balige, biasanya kalau Jum’at udah ramai di pelabuhan nunggu bukka bal.
Jadi ingat waktu aku beberapa kali mengambil burjer dengan gratis hehehe… bissan dihutantai ate. Tapi kalau punya duit beli seh.. hehehehe

Horas Bang.

Bah…! Horas.
Kalau aku memang dari dulu penggemar monza. Sepatu yang kupake sekarang pun monza. Ngapain malu, ya kan. Kita harus akui, kualitas monza memang beda, gitu lho!

partalitoruan Says:

20 February 2008 at 2:50 am
Hidup Monza!! Au pe ido hupakke ito sahat tu sonari.Tikki kuliah pe. Mardomu, ukuran niba yang tidak biasa. Jadi, holan disi ma na adong ukuran na pas.

Sayangnya, monza sekarang rata-rata enggak sebagus dulu. Ya kan, ito?

pamun Says:

21 February 2008 at 7:14 am
hidup burjer jaya terus.parsidikkalang

partalitoruan Says:

21 February 2008 at 10:52 am
Betul itu ito, tapi cem mana pun masih itu pilihanku ito. Masalahnya, yang penting sabar manigati sada2, anggo i pe dapot ma na mantafff, alai tetap do nian dang semantap na uju i. Modal 50rb nunga boi bergaya 4 hali malam minggu, sodap na i ateh. Asing ateh ito, untabo hurasa mar coment mar bahasa batak, hurang sodap hurasa hata Indonesia on, asing.

satya sembiring Says:

23 February 2008 at 3:34 am
hahah monja itu emang kulitas baik, saya juga memakai sebagian baju moja tapi tetap pilih pilih baju baju bermerek . teman teman kira saya habiskan uang untuk beli semua barang bermerek itu. penampilan jadi ngetren tapi orang tidak pernah tahu itu moja karena di padu dengan barang barang monja lainya sehinga lebih elegan..dan mewah..
ehehehe bocor rahasia dehhh

Rabu, 24 September 2008

Skate Element


Jika Anda komunitas muda dan berjiwa muda yang lebih terbuka dan bebas, Skate Element bisa jadi tempat belanja yang tepat. Di sana, Anda akan menemukan bermacam produk yang menampilkan corak urban.

Melihat penampilan counter mini di level IV Sun Plaza ini, pasti bikin mata Anda terpikat. Dominasi warna hitam dan beragam produk yang dipajang, menghadirkan nuansa yang berbeda. "Kami menawarkan gaya street, hi pop dan band," ujar Angga, Sales Store Skate Element kepada Global, Selasa kemarin.

Apa yang dimaksud dengan street, hi pop dan band? Istilah ini sebenarnya lahir dari komunitas muda metropolitan terkini yang kembali pada kebebasan jalanan, suka damai dan identik dengan nuansa band.

Dan semua konsep itu tertuang dalam berbagai produk yang ditawarkan Skate Element. Jeans dengan desain setengah belel dan unik, salah satunya. T Shirt, sepatu, aksesoris hingga perlengkapan pierching juga tersedia. Semua produk diimpor dari Singapura, Malaysia dan Thailand. Bahkan dalam waktu dekat, mereka akan menjadi dealer khusus produk Atticus dan Macbeth, asal Amerika Serikat.

Selain itu, mereka juga menyediakan CD dari band-band punk, hardcor, alternatif dan Emo asal luar negeri yang tidak ada di toko manapun. "Jangan harap bisa menemukan barang yang sama dengan toko lain di sini," terangnya.

Skate Element mengincar konsumen dari kalangan menengah ke atas. Hal itu terlihat dari harga yang mereka tawarkan. Untuk T-shirt misalnya, harganya dipatok hingga 200-an ribu rupiah. Dan celana jeans harganya bisa mencapai 500 ribu rupiah. Ada juga beragam aksesoris yang harganya mencapai 80 ribuan rupiah. "Tapi sekarang lagi ada diskon 30 persen untuk jeans dan 30 persen untuk T shirt," jelas Angga.

Menjamurnya Distro di Medan

Pakaian, bukanlah soal sandang belaka. Fesyen yang dulu sekedar simbol tingkatan kelas dalam masyarakat saat ini sudah diamini akan kemampuannya ‘berbicara’ sebagai identitas individu pemakainya. Maka kini, alternatif untuk berbelanja pakaian semakin beragam.

Kita telah mengenal department store bahkan butik yang membanrol harga selangit untuk perpotong pakaiannya. Trend yang ‘berbunyi paling kencang’ di kalangan anak muda sekarang adalah distro. Yang menjadi jualannya adalah ‘identitas khusus’ bagi penyandang produknya.

Distro, singkatan dari distribution store, sudah mulai marak di Medan. Setelah Bandung dan Jakarta, Medan sebagai kota terbesar di luar Jawa, tak kalah menjadi peminat trend ini. Distro muncul dengan identitas dan ciri khas masing-masing. Memang, keunikan distro menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda mulai dari remaja hingga kalangan dewasa pengikut trend teranyar di Medan. Kini sudah ada puluhan distro berdiri di Medan.

Kekhasan distro adalah keterbatasan jumlah setiap koleksi pakaian yang mereka keluarkan. Bukan produksi massal, tampil beda dan tidak pasaran menjadi kekuatan daya jual produk distro yang jumlahnya terbatas. "Koleksi pakaian di distro punya identitas yang khas, dan lebih gaul. Koleksi distro yang terbatas membuat aku tampil beda dari teman-temanku," ungkap Nia, seorang pengunjung distro.

Sisca Yuli, yang ditemui saat tengah melihat-lihat di salah satu distro, mengungkapkan bahwa "Barang-barang di distro harganya terjangkau. Koleksi pakaian di distro tidak kalah kualitasnya dari baju bermerk. Kalau saya beli di toko-toko lain banyak yang jenis dan warnanya sama,".

Distro tertua di Medan adalah Kontjo Khabe. Berawal dari sekedar tempat berkumpul, kreativitas seni yang tertuang pun sepakat dijadikan komersil. Souvenir, stiker, spanduk dan berbagai barang lainnya dijadikan produk jualan. Melihat minat konsumen yang cukup potensial, mereka menambah ragam dagangannya dengan pakaian, aksesoris yang bernilai fesyen selain menerima pesanan seperti sablon dan stiker timbul.

Survei ke Bandung merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh Kontjo Khabe. Berkenalan dengan teman-teman yang berbisnis distro di Parijs van Java, menjadi pembuka kesempatan berbisnis serupa di Medan.

Tidak hanya sampai di situ saja, pionir-pionir yang mulanya lahir dari Kontjo Khabe, membuka distro Kontjo One Brother’s. Koleksi disana beragam, dipenuhi aksesoris keren yang kini dikelola oleh Rahmad dan Zufrizal di kawasan Halat.

Setelah Rahamad mengundurkan diri dari bisnis ini, kini Kontjo One Brother’s dijalankan oleh Zufrizal. "Kontjo artinya teman-teman, One, disini artinya bukan satu dalam bahasa Inggris, melainkan nama ibu saya, sedangkan Brother adalah persaudaraan" ujar laki-laki yang biasa disapa Ijup ini.

Faktor utama untuk menarik pembeli adalah desain distro itu sendiri. Jadilah mereka tidak hanya berlomba menghadirkan barang-barang yang diminati, tapi juga berlomba-lomba menata distro mereka agar menjadi tempat yang nyaman dan sesuai dengan selera pelanggan yang diharapkan.

Gaul Khabe misalnya, menghiasi dindingnya dengan pernak-pernik yang dapat menarik pengunjung. Menurut Jefri Rinaldi, pemilik Gaul Khabe, desain interior distronya terinspirasi dari distro Demochi dan Warning, di Bandung.

Elevate mendesain rapi ruang pajangnya dan mengutamakan keramahan kepada pelanggan. Selain itu, Elevate menyediakan kantin sebagai tempat bertemunya anak-anak muda untuk mengobrol atau sekedar nongkrong santai. "Jadi kan ada peluang bahwa mereka akan membeli pakaian maupun aksesoris di Elevate," tegas Surya, supervisor operasional Elevate.

Lain lagi Pumpin’, distro khusus penyuka gaya hiphop ini menata dindingnya dengan ornamen-ornamen yang khas untuk membidik pengunjung. Memasuki pumpin’, kita akan merasakan suasana hiphop yang kental. Dinding bagian distro ini dipenuhi dengan graffiti yang sesuai. Pumpin’ pun menjadi tempat nongkrong para hiphopers, breakers, maupun rapper-rapper kota Medan.

Tidak dapat dipungkiri, koleksi baju hingga aksesoris yang tersebar di berbagai distro sebagian besar memang didatangkan dari Bandung. Jefri, dari Gaul Khabe mengaku melawat ke Bandung setiap dua bulan untuk mengetahui tren yang tengah digandrungi. "Barang-barang di Bandung sangat diminati di Medan," tandasnya.

Harga yang ia tawarkan beragam dan sangat terjangkau. Seperti kaos hanya Rp. 40.000-an, jacket yang berkisar dari Rp. 95.000-105.000, dan harga sepatu kurang lebih mencapai 200.000.

Sedangkan di Kontjo One Brother’s harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau. Sebut saja T-shirt yang harganya berkisar dari Rp. 25.000-Rp. 65.000. Kemeja dari Rp. 50.000-Rp.70.000,- dan masih banyak barang-barang yang murah namun bagus kualitasnya.

Pumpin’ mendatangkan barang-barangnya khusus dari luar negeri seperti Filipina, Korea, maupun Kuala Lumpur. Ronny, pemilik Pumpin’ yang dulunya juga seorang rapper, punya alasan tersendiri. "Koleksi untuk barang-barang hiphopper, skater, juga breaker sulit didapatkan di Indonesia," jelasnya. Bila ada koleksi yang didapat di Indonesia, menurut Ronny, bukanlah barang orisinil. "Padahal harga yang dijual dengan harga yang orisinil tidak jauh beda. Bahkan ada toko yang menjual dengan harga yang sama dengan orisinil," ujarnya lebih lanjut.

Sidewalk yang dulunya hanya menjual koleksi-koleksi skateboard untuk para skaters, kini merambah desain dan penjualan produk mereka sendiri sejak tahun 2002. Aam, pengunjung yang dulunya bergabung dalam komunitas skaters Medan yaitu Medan Skateboard Club (MSC) di Medan, menggemari koleksi-koleksi yang ada di Sidewalk. "Koleksi disini tidak hanya cocok buat para skater, tapi juga bisa buat gaul". Pokoknya kalau saya ingin membeli skateboard maupun produk fesyennya, saya lebih senang ke sini," ungkapnya.

Menjamurnya distro-distro di Medan dan cemerlangnya prospek ke depannya, meyakinkan Adidas untuk menunjuk Sidewalk sebagai dealer resminya pada tahun 2003. Ardiansyah Siregar yang akrabnya dipanggil Poeng, selaku Direktur Sidewalk menegaskan bahwa kini tidak hanya Adidas yang memilih distronya untuk menjual produk-produk sport mereka. "Nike, Umbro, A One juga ada di Sidewalk. Mereka menjual koleksi mereka agar dapat dikenal dan dibeli oleh pengunjung yang datang ke Sidewalk," tambahnya.

Bisnis distro bisa dijadikan bisnis yang menjanjikan. Lihat saja Pumpin’ yang meraih keuntungan hingga puluhan juta per bulannya. Keuntungan yang didapat kemudian diputar kembali untuk membeli barang di Filipina.

Gaul Khabe, kini mampu mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Sementara Poeng, dari Sidewalk mengatakan bahwa hasil penjualan yang ia dapatkan dari penjualan pakaian maupun aksesoris tiap bulannya cukup menggiurkan.

Menjamurnya distro di Kota Medan, adalah sebuah pertanda bahwa bisnis ini memang menggiurkan. Setidaknya, uang ratusan juta rupiah terus berputar dalam bisnis distro ini setiap tahunnya.

Dody, dari Kontjo khabe mengungkapkan bahwa kunci sukses berbisnis distro adalah bagaimana menarik hati pelanggan. "Semuanya itu tergantung bagaimana cara kita menarik hati pelanggan. Walau bagaimanapun, distro-distro yang ada di Medan punya pangsa pasar sendiri," tambahnya.

Persaingan distro-distro di Medan saat ini kian ramai. Apalagi sebagian besar barang-barang yang mereka jual diambil dari tempat yang sama, Bandung. Faktanya, remaja maupun dewasa saat ini ingin tampil beda dari orang kebanyakan, dan itu akan terus mempengaruhi selera dan gaya berpakaian mereka.

Pada akhirnya proses berdagang sejak dulu hingga sekarang sama saja. Para pebisnis distro tidak mengesampingkan prinsip tua yang masih terus berlaku. Pandai-pandailah menjaring pelanggan baru dan jagalah agar pelanggan setia tidak kabur ke tempat lain.

Menjamurnya Distro di Medan

Pakaian, bukanlah soal sandang belaka. Fesyen yang dulu sekedar simbol tingkatan kelas dalam masyarakat saat ini sudah diamini akan kemampuannya ‘berbicara’ sebagai identitas individu pemakainya. Maka kini, alternatif untuk berbelanja pakaian semakin beragam.

Kita telah mengenal department store bahkan butik yang membanrol harga selangit untuk perpotong pakaiannya. Trend yang ‘berbunyi paling kencang’ di kalangan anak muda sekarang adalah distro. Yang menjadi jualannya adalah ‘identitas khusus’ bagi penyandang produknya.

Distro, singkatan dari distribution store, sudah mulai marak di Medan. Setelah Bandung dan Jakarta, Medan sebagai kota terbesar di luar Jawa, tak kalah menjadi peminat trend ini. Distro muncul dengan identitas dan ciri khas masing-masing. Memang, keunikan distro menjadi daya tarik tersendiri bagi anak muda mulai dari remaja hingga kalangan dewasa pengikut trend teranyar di Medan. Kini sudah ada puluhan distro berdiri di Medan.

Kekhasan distro adalah keterbatasan jumlah setiap koleksi pakaian yang mereka keluarkan. Bukan produksi massal, tampil beda dan tidak pasaran menjadi kekuatan daya jual produk distro yang jumlahnya terbatas. "Koleksi pakaian di distro punya identitas yang khas, dan lebih gaul. Koleksi distro yang terbatas membuat aku tampil beda dari teman-temanku," ungkap Nia, seorang pengunjung distro.

Sisca Yuli, yang ditemui saat tengah melihat-lihat di salah satu distro, mengungkapkan bahwa "Barang-barang di distro harganya terjangkau. Koleksi pakaian di distro tidak kalah kualitasnya dari baju bermerk. Kalau saya beli di toko-toko lain banyak yang jenis dan warnanya sama,".

Distro tertua di Medan adalah Kontjo Khabe. Berawal dari sekedar tempat berkumpul, kreativitas seni yang tertuang pun sepakat dijadikan komersil. Souvenir, stiker, spanduk dan berbagai barang lainnya dijadikan produk jualan. Melihat minat konsumen yang cukup potensial, mereka menambah ragam dagangannya dengan pakaian, aksesoris yang bernilai fesyen selain menerima pesanan seperti sablon dan stiker timbul.

Survei ke Bandung merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh Kontjo Khabe. Berkenalan dengan teman-teman yang berbisnis distro di Parijs van Java, menjadi pembuka kesempatan berbisnis serupa di Medan.

Tidak hanya sampai di situ saja, pionir-pionir yang mulanya lahir dari Kontjo Khabe, membuka distro Kontjo One Brother’s. Koleksi disana beragam, dipenuhi aksesoris keren yang kini dikelola oleh Rahmad dan Zufrizal di kawasan Halat.

Setelah Rahamad mengundurkan diri dari bisnis ini, kini Kontjo One Brother’s dijalankan oleh Zufrizal. "Kontjo artinya teman-teman, One, disini artinya bukan satu dalam bahasa Inggris, melainkan nama ibu saya, sedangkan Brother adalah persaudaraan" ujar laki-laki yang biasa disapa Ijup ini.

Faktor utama untuk menarik pembeli adalah desain distro itu sendiri. Jadilah mereka tidak hanya berlomba menghadirkan barang-barang yang diminati, tapi juga berlomba-lomba menata distro mereka agar menjadi tempat yang nyaman dan sesuai dengan selera pelanggan yang diharapkan.

Gaul Khabe misalnya, menghiasi dindingnya dengan pernak-pernik yang dapat menarik pengunjung. Menurut Jefri Rinaldi, pemilik Gaul Khabe, desain interior distronya terinspirasi dari distro Demochi dan Warning, di Bandung.

Elevate mendesain rapi ruang pajangnya dan mengutamakan keramahan kepada pelanggan. Selain itu, Elevate menyediakan kantin sebagai tempat bertemunya anak-anak muda untuk mengobrol atau sekedar nongkrong santai. "Jadi kan ada peluang bahwa mereka akan membeli pakaian maupun aksesoris di Elevate," tegas Surya, supervisor operasional Elevate.

Lain lagi Pumpin’, distro khusus penyuka gaya hiphop ini menata dindingnya dengan ornamen-ornamen yang khas untuk membidik pengunjung. Memasuki pumpin’, kita akan merasakan suasana hiphop yang kental. Dinding bagian distro ini dipenuhi dengan graffiti yang sesuai. Pumpin’ pun menjadi tempat nongkrong para hiphopers, breakers, maupun rapper-rapper kota Medan.

Tidak dapat dipungkiri, koleksi baju hingga aksesoris yang tersebar di berbagai distro sebagian besar memang didatangkan dari Bandung. Jefri, dari Gaul Khabe mengaku melawat ke Bandung setiap dua bulan untuk mengetahui tren yang tengah digandrungi. "Barang-barang di Bandung sangat diminati di Medan," tandasnya.

Harga yang ia tawarkan beragam dan sangat terjangkau. Seperti kaos hanya Rp. 40.000-an, jacket yang berkisar dari Rp. 95.000-105.000, dan harga sepatu kurang lebih mencapai 200.000.

Sedangkan di Kontjo One Brother’s harga yang ditawarkan juga sangat terjangkau. Sebut saja T-shirt yang harganya berkisar dari Rp. 25.000-Rp. 65.000. Kemeja dari Rp. 50.000-Rp.70.000,- dan masih banyak barang-barang yang murah namun bagus kualitasnya.

Pumpin’ mendatangkan barang-barangnya khusus dari luar negeri seperti Filipina, Korea, maupun Kuala Lumpur. Ronny, pemilik Pumpin’ yang dulunya juga seorang rapper, punya alasan tersendiri. "Koleksi untuk barang-barang hiphopper, skater, juga breaker sulit didapatkan di Indonesia," jelasnya. Bila ada koleksi yang didapat di Indonesia, menurut Ronny, bukanlah barang orisinil. "Padahal harga yang dijual dengan harga yang orisinil tidak jauh beda. Bahkan ada toko yang menjual dengan harga yang sama dengan orisinil," ujarnya lebih lanjut.

Sidewalk yang dulunya hanya menjual koleksi-koleksi skateboard untuk para skaters, kini merambah desain dan penjualan produk mereka sendiri sejak tahun 2002. Aam, pengunjung yang dulunya bergabung dalam komunitas skaters Medan yaitu Medan Skateboard Club (MSC) di Medan, menggemari koleksi-koleksi yang ada di Sidewalk. "Koleksi disini tidak hanya cocok buat para skater, tapi juga bisa buat gaul". Pokoknya kalau saya ingin membeli skateboard maupun produk fesyennya, saya lebih senang ke sini," ungkapnya.

Menjamurnya distro-distro di Medan dan cemerlangnya prospek ke depannya, meyakinkan Adidas untuk menunjuk Sidewalk sebagai dealer resminya pada tahun 2003. Ardiansyah Siregar yang akrabnya dipanggil Poeng, selaku Direktur Sidewalk menegaskan bahwa kini tidak hanya Adidas yang memilih distronya untuk menjual produk-produk sport mereka. "Nike, Umbro, A One juga ada di Sidewalk. Mereka menjual koleksi mereka agar dapat dikenal dan dibeli oleh pengunjung yang datang ke Sidewalk," tambahnya.

Bisnis distro bisa dijadikan bisnis yang menjanjikan. Lihat saja Pumpin’ yang meraih keuntungan hingga puluhan juta per bulannya. Keuntungan yang didapat kemudian diputar kembali untuk membeli barang di Filipina.

Gaul Khabe, kini mampu mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Sementara Poeng, dari Sidewalk mengatakan bahwa hasil penjualan yang ia dapatkan dari penjualan pakaian maupun aksesoris tiap bulannya cukup menggiurkan.

Menjamurnya distro di Kota Medan, adalah sebuah pertanda bahwa bisnis ini memang menggiurkan. Setidaknya, uang ratusan juta rupiah terus berputar dalam bisnis distro ini setiap tahunnya.

Dody, dari Kontjo khabe mengungkapkan bahwa kunci sukses berbisnis distro adalah bagaimana menarik hati pelanggan. "Semuanya itu tergantung bagaimana cara kita menarik hati pelanggan. Walau bagaimanapun, distro-distro yang ada di Medan punya pangsa pasar sendiri," tambahnya.

Persaingan distro-distro di Medan saat ini kian ramai. Apalagi sebagian besar barang-barang yang mereka jual diambil dari tempat yang sama, Bandung. Faktanya, remaja maupun dewasa saat ini ingin tampil beda dari orang kebanyakan, dan itu akan terus mempengaruhi selera dan gaya berpakaian mereka.

Pada akhirnya proses berdagang sejak dulu hingga sekarang sama saja. Para pebisnis distro tidak mengesampingkan prinsip tua yang masih terus berlaku. Pandai-pandailah menjaring pelanggan baru dan jagalah agar pelanggan setia tidak kabur ke tempat lain.

Travis Kritis


Beberapa jam setelah tampil di hadapan ribuan mahasiswa South Carolina, mantan penabuh drum Blink-182, Travis Barker, dan selebriti DJ AM menderita cidera serius dalam kecelakaaan pesawat Learjet yang menewaskan empat orang. Pesawat yang mengangkut enam orang itu hendak bertolak pada Jumat (19/9) tengah malam waktu South Carolina. Petugas pengawas bandara mengaku melihat terdapat percikan api dari pesawat tersebut.
Pesawat yang hendak bertolak menuju Van Nuys, California, itu mendarat di ujung landasan dan menghantam beberapa antena dan sebuah pagar sebelum terbakar dalam gulungan bola api. Global Exec Aviation, perusahaan carter pesawat yang berbasis di California itu, dan pihak penyidik Badan Keamanan Nasional bekerja sama untuk mencari tahu penyebab kecelakaan.

Barker dan DJ AM, yang memiliki nama asli Adam Goldstein, kritis meskipun dikabarkan kondisinya stabil di pusat penangangan luka bakar rumah sakit Augusta, Georgia, sekitar 121 kilometer barat daya Columbia. Sementara itu, empat orang lainnya termasuk pilot Sarah Lemmon (31) dan kopilot James Bland (52) tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut.

Travis Barker


Travis London Barker (lahir 14 November 1975) adalah pemain drum asal Amerika Serikat. Namanya terkenal setelah menjadi pemain drum untuk grup Pop-Punk Blink 182, tapi sekarang dia bermain untuk +44. Barker juga bermain untuk beberapa grup musik seperti Box Car Racer, The Transplants, Expensive Taste, The Suicide Machines, dan The Aquabats.

Travis London Barker lahir di Fontana, California pada tanggal 14 November 1975. Pada umur 4 tahun Travis mendapatkan set drum pertama dari ibunya, Awalnya ia lebih cenderung ke musik jazz, di sekolahnya ia sering mengikuti marching band. Sesudah mempunyai banyak pengalaman, ia sering mengikuti perlombaan di daerah dan festival musik.

Travis juga menyukai musik latin dan banyak terpengaruh oleh Run-D.M.C, King Diamond, dan The Clash.


[sunting] Blink 182 (1998)
Pada tahun 1998 Travis mengikuti Baron Von Tito bersama The Aquabats. Sehabis Tur bersama Blink 182 itu drumernya Scott Raynor keluar dari band karena kedapatan mendapat penyakit. Travis pun masuk menggantikan Scott di Blink 182 hingga bubar pada Februari 2005.


[sunting] Box Car Racer, Transplants, Expensive Taste 2002-2004
Pada 2002, Travis bersama rekannya di Blink 182 yaitu Tom Delonge ia pun membentuk Box Car Racer dan hanya mengeluarkan 1 album yaitu

Box Car Racer (2002)
Setelah itu bersama vokalis Rancid (Tim Armstrong ia membentuk band hip-hop The Transplants yang mengeluarkan 2 album:

Transplants (2002)
Haunted Cities (2005)
Travis juga menjadi drummer pada Expensive Taste.


[sunting] Gaya
Di seluruh badan Travis dipenuhi tato. Pertama kali Travis membuat tato ketika berusia umur 17 tahun. Tato tersebut bertuliskan "BONES" yang tak lain adalah namanya waktu kecil.


[sunting] Keluarga
Travis sudah menikah dua kali. Travis menikah dengan Melissa Kenedy pada 22 September 2001 tapi pasangan ini hanya bertahan selama 11 bulan. Pasangan ini bercerai pada tanggal 6 Agustus 2002. Pada tanggal 30 Oktober 2004 Travis menikah kembali dengan Miss USA 1996 Shanna Moakler. Travis dan Moakler mempunyai 2 orang anak yaitu Landon Asher dan Alabama Luella, serta 1 Moakler Atiana Cecilia de la Hoya anak dari pacar istrinya dengan petinju Oscar De La Hoya. Setelah hampir 2 tahun bersama Travis pun menuntut minta cerai

Hubungan cinta drumer band 'Netral' Eno dan VJ Cathy telah bubar


BERITA - selebritis.infogue.com - Jakarta, Hubungan cinta drumer band 'Netral' Eno dan VJ Cathy telah bubar. Kini Eno pun merasa lebih bebas dengan status barunya sebagai jomblo.

Saat ditemui di konser 'Sum 41' di Tennis Indoor Senayan, Sabtu, (3/5/2008) malam, Eno pun mengungkapkan perasaannya. Menurutnya saat ini ia sangat menikmati status single-nya.

Enak aja, lebih konsen, lebih bebas aja mau ngapain juga, ujarnya.

Hingga saat ini menurutnya belum ada perempuan yang bisa mengisi hatinya. Bukan karena masa lalunya, tapi memang belum ada calon yang cocok untuk mendampinginya.

Menurut cowok yang membuka distro di kawasan Tebet itu, kesendiriannya sama sekali tak mampu mempengaruhi kariernya. Ia merasa antara karir dan hubungan pribadinya sama sekali tidak berhubungan.

Kalau main, manggung, ya profesional, gue nggak butuh cewek buat ngerusak karir gue, ujarnya tegas.

Ditanya mengenai banyak fans perempuan yang ingin menjadi pendampingnya, Eno mengaku tak tahu menahu. Ia bahkan terkesan sedikit tidak percaya.

Masa sih? Tapi belum ada yang nyatain tuh, ujar Eno sambil tertawa.

Eno Netral


Di suatu acara yang crowdnya pada asik moshing gila-gilaan, MC gondrong yang lagi kesetanan bawain acara tiba-tiba notice kalo ada Eno Netral yang lagi senyam senyum gak jelas di pojokan. Dan gak lama..akhirnya tersebutlah “Yaaah... ada Eno Netral di pojokan sana, semoga dia gak kedinginaaan dengan pakaian gaya Travis Barker yang sumpah gak penting itu...” crowd ketawa bentar, trus moshing lagi. Hmmm... Eno? Travis? Travis? Eno? Dari segi dandanan yah boleh-boleh mirip deh, piercing juga sama ngebelah bibir geto, kabarnya sih teknik maen drumnya juga sering dibanding-bandingin. Pujiankah? Atau malah hinaan yang bikin males sih?

Pasti lo udah sering dibilangin niru-niru gaya Travis...
Yaaah sering banget !!

Lo mau bilang apa sama orang-orang yang bilang gitu ke elo?
Gak bakal bilang apa-apa sih... cuek aja lah. Gayanya yang gue ambil juga yang cocok ama gue aja. Buktinya kalo emang gue gak bisa ditato, ya gue gak ditato. Ngapain gue maksa kalo emang gak bisa. Yang penting sih pas aja buat gue, comfort... Jangan sok-sokan kayak Travis tapi main drumnya ......... kan gak masuk... emang dari awalnya gue working on skill gue dulu... benerin dulu tu skill drum lo... percuma aja gaya-gayaan tapi main drumnya masih berantakan... kan gak enak juga diliatnya...

Kenapa lo ngambil gaya dia sih?
Tadinya gue nyoba-nyoba doang kok. Eh taunya comfort... pas aja. Misalnya celana pendek... ternyata malah lebih enak dipake maen. Baju bolong-bolong gini juga jadinya nyaman banget kalo buat main drum... kalo gue keringetan gak usah susah-susah buka baju... tinggal tangannya masuk (lewat bolongan guedeee dikanan dan kiri baju) trus dilap deh..bereess...

Tapi lo sebenernya emang suka sama Travis sebagai drummer gak ??
Iya dong. Drummer favorit gue tuh Travis Barker sama Stewart Copeland nya The Police. Gue suka cara main drum mereka, dan mereka bisa ngebuktiin kalo drummer gak cuma end up jadi yang the last dalam sebuah band, sementara front man nya cuma si vokalis doang. Mereka bisa ngehidupin drumnya dengan gaya mereka sendiri. Bikin drumnya jadi istrinya.

Kalo ketemu Travis lo mau ngomong apa?
Hey Travis... I’m gonna teach you how to play drum... dengan muke sombong tentunya... hahahahaha...

Jadi jelas lo gak tersinggung lah ya dibilang gaya lo Travis banget?
Ya enggak lah... biarin aja... Gue juga gak pernah nilai orang kalo misalnya dia niru2 gaya berpakaian orang lain....palingan kalo emang mereka keliatannya jadi aneh, yang kepikiran di gue... aduh... kok gak pas banget ya? Jadinya kurang dapet! Daaahh mendingan ganti aja deh lo, ngikutin gaya orang yang laen lagi aja... yang itu gak dapet banget di diri lo... hahahaahaha...


Trus lo tersinggungnya kalo dibilang mirip sapa dong?
Heemmm... sapa yah... gak ada... sapa yah... emmm... tersinggung kalo dibilang mirip... ehehehe... Ian Kasela...hahahah

Wahahahahaha... kacrut lo... Kalo ada orang yang niruin gaya lo gimana?
Kalo jadinya bagus mah boleh-boleh aja... Kan ada tuh yang maen ambil-ambil gaya orang lain seenaknya tapi gak sesuai ama musik mereka, dandanan ama musik gak nyambung.

Kayak siapa misalnya?
Yaaa adalah... eh ngomong2... boleh disebutin gak nih... yaah... tapi untung sekarang mereka udah insap, udah ngerubah image nya lagi. Kayak dulu tuh Ungu gayanya sempet yang gothic-gothic gitu, pake sepatu-sepatu new rock-new rock... tapi akhirnya orang ngeliatnya gak pas aja... mungkin emang sepatu new rock lagi ngetren, tapi kalo emang gak pas sama musiknya ya ngeliatnya juga aneh... Nah lo liat aja kalo misalnya gue bergaya gothic... gilaaa aneh banget!! anak punk kok gayanya gothic... hahaha...

Kalo musik lo yang diambil trus setelah diacak-acak dikit dijadiin musik orang laen?
Yaaa gue sih gak papa, tapi tergantung juga sih kalo jadinya ancur banget ya agak kecewa juga kali gue yaa.. asal jangan tiba-tiba jadi musik tungtungtungtung ayeee...

Hahahahaha.... lo pasti blom tau Jalur Pantura ya?
Hah belom... apaan tuh...

Hahaha... lo harus denger deh... blom afdol kalo musik lo belom dirusak ama mereka... hahahahahah... eh tapi sebenernya kalo musik lo diapa2in, masalah royaltinya gimana ? Emang gak masalah buat lo?
Wah sebenernya kalo buat gue problem, tapi ya udahlah gue juga males, gak mungkin juga kan dicekin satu-satu ke toko CD atau kaset... ada berapa banyak coba? Masalah hukumnya juga gak jelas... jadi rada males lah gue ngurus2nya...

Lo gimana kalo ngeliat ada musisi laen yang jiplak banget mulai dari gaya berpakaian sampe musik-musiknya juga jiplak abis?
Gak masalah sih, asal cocok aja. Gak berlebihan dan emang cocok ama badan dia misalnya... gue juga kalo udah gendut gak mungkin juga kali pake baju bolong kaya gini... waaa gila aja...

Kalo ngomongin gaya nih, dari duluuu ampe sekarang, gaya paling norak yang pernah lo ikutin apa?
Hahahaha... grifone dan topi jepang! Eh enggak deng celana baggy... yang ujungnya kuncup gitu. Trus pernah juga pas jaman-jamannya cut bray, celana baggy gue sampingnya gue potong trus gue tambahin bahan lagi biar jadi cut bray... hahahahaha...


Ngomong-ngomong, lo suka film kaya gimana sih?
Film kolosal gitu deh, kayak Lord of The Ring...

Kalo seandainya lo bukan pemaen drum, melaenkan seorang sutradara film handal total-totalan, lo mau bikin film kaya gimana?
Oh... gue mau bikin film kolosal... film biru kolosal... hahahahahahaha...

Hahahahaha... pemerannya sapa?
Ouuww... banyak dong... artis indonesia... yang seksi seksi...

Kalo Ian Kasela dan Ressa Herlambang ikutan casting, mana yang lo pilih?
Haaah??? Kacau lo pertanyaannya... hahahahahahah... enggak lah... gak adaaa... gue gak mau milih...

Kalo misalnya harus milih?
Gak adaaaaa....

Duuuhh... anggep aja harus... kalo misalnya nih, situasinya lebih gawat lagi... lo terdampar di pulau tak berpenghuni dan lo cuma boleh milih salah satu buat nemenin lo disana... daripada lo jadi gila, iya nggak? Hayo pilih siapa...
Hahaha....haduuhhhh mendingan gue ngobrol sama pohon kelapa!!


THE 10 QUESTIONS:

1. Pertanyaan paling ngebosenin buat lo jawab?
Bandnya udah berapa lama?
2. Peraturan paling aneh yang pernah diterapin di rumah?
Dulu gue nggak boleh pulang malem, padahal gue emang lebih sering dan lebih suka beraktivitas malem-malem.
3. Gosip terakhir yang menarik perhatian lo apa?
Soal Syaiful Djamil dan Dewi Persik…kayaknya sih emang cuma buat marketing aja yeee..kan albumnya mau keluar..hahahah tapi gak tau jg dehh...
4. Apa pendapat lo tentang laki-laki yang tidak berbulu ketek?
Jijik!
5. Merasa teramat seksi kalo lagi ngapain?
Kalo gue lagi mandi telanjang bulet berpeluh sabun.
6. Terakhir nangis kapan? Kenapa?
Waktu gue kelas dua SMA, gara-gara gak naik kelas…
7. Ketakutan terbesar?
Kalo binatang gue takutnya sama cicak, kalo setan gue takut sama pocong. Gue juga takut kalo divonis gak bisa maen drum lagi…
8. Teruskan kalimat ini: Dulu waktu gue kecil, gue…
Iseng! Boneka kakak gue aja pernah gue guntingin bulunya sampe botak..
9. Pernah tidur telanjang gak? Rasanya gimana?
Pernah tapi gak sering. Rasanya dingin-dingin asik…
10. Kalo bisa ketemu diri lo sendiri di lima tahun mendatang, lo mau nanya apa?
“Istri gue cakep gak?”

Eno "Netral" = Travis "Blink182"


Netral adalah sebuah kelompok musik yang dibentuk pada bulan November tahun 1992. Awal kemunculan videoklip di stasiun TV saat itu ( Anteve dan MTV Lokal) dari lagu di album pertama, "Wa...lah", Kelompok musik ini disebut-sebut mengusung aliran Rock alternatif.

Saat terbentuk, Netral hanya terdiri dari tiga personil, yaitu :

Bagus Dhanar Dhana (Bagus) - Vokalis dan Bassis
Gabriel Bimo Sulaksono (Bimo) - Drummer
Ricy Dayandani (Miten) - Gitaris
Namun saat ini posisi Drummer dan Gitaris telah diganti oleh Eno Gitara Ryanto (Eno) dan Christopher Bollemeyer (Coki). Jadi hanya Bagus yang tinggal sebagai personil aslinya. Saat ini Netral telah beralih label ke Kancut Records, sebuah label independen, yang dibentuk oleh Bagus dan Eno sendiri.

Pada awalnya, Netral memainkan musik dari kelompok musik luar negeri seperti Nirvana, Sex pistol, Sonic Youth, The Cure, dan lain-lain. Mereka juga sering mengisi acara-acara di sekolah-sekolah maupun universitas-universitas di Jabotabek. Penampilan serta atraksi mereka dipanggung membuat mereka dikagumi anak-anak remaja. Termasuk juga remaja asing yang bersekolah di Jakarta Internasional School (JIS), yang kemudian membuat band ini kerap kali diundang untuk menjadi pengisi acara rutin sekolah tersebut bernama Black Hole.

Banyaknya pementasan yang dilakukan membuat Netral semakin dewasa dalam penampilan. Sehingga mereka mulai memikirkan untuk membuat album sendiri. Pada tahun 1994, Netral mendapatkan produser untuk album perdananya. Dibawah naungan PT. Indosemar Sakti Netral berhasil menjual lebih dari 80.000 unit kaset dan Compact Disc dari album perdana ini.

Hal ini membuat promotor-promotor Indonesia dan media asing tertarik untuk mementaskan Netral. Tercatat sebanyak lebih dari 50 pementasan dalam 1 tahun di seluruh Indonesia.

Sejak saat itu berita tentang Netral sering memenuhi halaman diberbagai media, baik cetak maupun elektronik.

Netral disebut oleh pers Indonesia dikatakan sebagai Band Alternatif. Terlepas dari yang diberikan pers Indonesia ini benar atau tidak. Yang jelas band yang dibentuk dari hasil persahabatan di SMA Negeri 55 dan SMA 60 Jakarta ini hanya memainkan musik yang benar-benar murni keluar dari hati nurani mereka sendiri. Sesuai dengan definisi musik yang kita kenal.

Musik adalah suatu bahasa yang universal yang dapat dimengerti oleh semua orang, dimana musik menyuarakan isi hati sang pemusik yang memang ingin mengeluarkan dan membagikan apa yang mereka rasakan kepada semua orang. Begitulah tekad personil awal band yang mengusung punk ini adalah Bagus Dhanar Dhana bas/vokal, Gabriel Bimo Sulaksono drum, dan Ricy Dayandani alias Miten gitar.

Berita tentang Netral juga banyak terdengar di media Elektronik dan juga di media cetak remaja. Hampir semua majalah remaja di Indonesia pernah memuat ulasan tentang band Netral, bahkan majalah sekelas Gatra memuat tentang band ini satu halaman penuh. Album kedua Netral berjudul Tidak Enak dirilis pada tanggal 30 Juli 1996 dan koferensi pers di Jazz Rock Café Jakarta dihadiri hampir seluruh rekan pers di Jakarta dan rekan pers dari daerah lainnya.

Album kedua Netral berjudul TIDAK ENAK, memang berkesan tidak enak, tetapi bila diamati ada keseriusan dan kepedulian dalam musik Netral sehingga menimbulkan suatu daya tarik bagi yang mendengarnya. Dengan lagu Bobo, boring day , dan desaku album kedua ini tidak kalah angka penjualannya dengan album pertama.

Band ini semakin dikenal banyak orang sehingga ketika band asing seperti Foo Fighters, Sonic Youth, dan Beastie Boys hadir di Indonesia pada acara Jakarta Pop Alternatif Music Festival, Netral diminta untuk menjadi pendamping band mereka. Tercatat lebih dari 50.000 orang menyaksikan pementasan Netral. Tidak hanya sukses di pementasan, namun sukses Netral juga diikuti dengan masuknya Netral dalam nominasi BASF AWARD untuk kategori pendatang baru terbaik dari group Rock terbaik. Kepribadian sederhana dan apa adanya yang dimiliki oleh Netral membuat band ini banyak disukai oleh siapapun, baik pers, promotor, produser, maupun Fans.

Daya tarik group band ini mulai berkembang seiring dengan berkembangnya era Globalisasi. Dimana suatu masyarakat tidak statis terhadap suatu pengaruh, tetapi mulai membuka diri untuk mengambil apa yang cocok dan baik buat dirinya.

Pada tanggal 16 januari 1998, Netral mengeluarkan album ketiga dengan judul “ Album Minggu Ini “ dan berlangsung menggelar tour ke-24 kota di Sumatera dan Jawa. Dengan klip video “ Pucat Pedih Serang “ buatan Rizal Mantovani, membuat penjualan album ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu pertama. Angka ini terus bertambah dengan adanya lagu-lagu lain yang sangat disukai pasar seperti lagu Kau, Selamat Datang, dan Dukun Kebo Ijo. Berbeda dengan album-album sebelumnya, album ini lebih mudah didengar, dengan harapan mampu menyerap pasar yang lebih luas.

Pada bulan Juli 1998, Bimo menyatakan ingin keluar karena mau mencoba warna musik baru. Walaupun berat hati namun akhirnya Netral harus melepas Bimo. Masa-masa tanpa Bimo harus dilewati dengan Additional Drummer untuk mengisi jadwal pementasan.

Atas desakkan produser, Netral harus segera mencari Drummer tetap untuk mengisi tempat yang ditinggalkan Bimo, maka setelah mempertimbangkan banyak hal, diputuskan untuk mengajak Eno sebagai Drummer tetap Netral. Maka terhitung sejak 26 Maret 1999, Eno menerima tawaran Netral dan resmi menggantikan Bimo.

Bersama Eno, akhirnya Netral dapat merilis album keempatnya yang berjudul “ PATEN “ pada tanggal 9 Juni 1999. Dengan didukung Additional Musician seperti Dhani Ahmad dan Deasy Fitri, hits Netral yang berjudul “ Nurani “ dipercaya dapat menaikkan angka penjualan album diatas 150.000 unit. Apalagi di album ini masih ada materi-materi seperti ...., ’98, Pecah Belah, Yang Enerjik, mudah dipahami dan dapat mewakili suara-suara anak muda yang selama ini kurang didengar. Sound Guitar yang unik dan pukulan Drum Eno yang dinamis menjadikan album ini lebih matang dari album-album sebelumnya.

Pada Tahun 2001, dengan 2 orang personil aja netral merilis album ke V dengan judul “Oke Deh” dengan hits singlenya Bertarung. Album ini berisikan lagu-lagu terbaru karya Eno dan Bagus serta dibantu oleh beberapa additional gitar.

Tahun 2003, Netral mendapat satu personil baru untuk posisi gitar yaitu Coki, setelah melalui audisi yang panjang dan beberapa kali ikut sebagai additional gitar di beberapa konser musik bersama netral, maka akhirnya, coki resmi menjadi anggota netral. Di tahun yang sama, netral merilis album terbaru bertitel “Kancut” dengan single pertamanya yang berjudul - I Love You. Album ini cukup sukses dan merebut perhatian anak-anak muda karena materi album ini cukup fresh, dan unik namun memiliki ciri khas netral yang kental.

Pada akhir tahun 2003 , Netral mengeluarkan klip keduanya berjudul – Namanya Juga Netral. Lagu yang sedikit berbau bossas ini disertai lirik yang lucu dan tetap diakhiri dengan beat ala Netral yang kencang dan powerful, menjadikan lagu ini menjadi sesuatu yang baru dan unik bagi pasar musik Indonesia.

Tanggal 7 Februari 2005, netral merilis album ke VII, dengan materi 7 lagu dan hanya dicetak 7000 keping CD saja, netral bermaksud agar album ini menjadi persembahan yang special bagi para pecinta musik netral. Karena album ini hanya dicetak terbatas. Dengan menjadi produser album sendiri dengan nama “Kancut Record” , Netral merilis album “Hitam” , dengan single pertamanya – Haru Biru. Album ini disertai bonus DVD berisi film tentang pembuatan album ini. Maka menjadikan album ini sesuatu yang special dan mungkin baru pertama di Indonesia.


[sunting] Personil Terkini dari Netral
[[Bagus Dhanar Dhana]] (Vocals, bass) Jakarta/ January 17, 1971 Influences: The Police, Beatles, Sonic Youth, Sex Pistols

[[Christopher Bollemeyer]] (Guitar) Jakarta/ December 30, 1976 Influences: Jimi Hendrix

[[Eno Gitara Ryanto]] (Drums) Jakarta/ October 11, 1979 Influences: The Police, The Beatles, Sonic Youth, Blink 182


[sunting] Trivia
1. Setahun belakangan, Netral ngerilis dua buah album. Hitam dan Putih.

2. Singel Haru Biru aslinya ada di album Hitam, tapi dimasukin juga ke album Putih.

3. Nama recording company punyaan Netral adalah Kancut Records. Sama kayak judul album terakhir mereka sebelum Hitam dan Putih.

4. Tercatat, udah ada empat gitaris yang sempet nyicipin jadi gitaris Netral: Miten, Taras, Apoy dan terakhir Coki.

5. Sebelum di Netral, Coki adalah gitaris BaseJam.

6. Netral pernah tampil sepanggung dengan Foo Fighters di acara Jakarta Pop Alternative Festival di Parkir Timur, Senayan, tahun 1997.